Candi Jiwa yang
dikenal sebagai Unur Jiwa, terletak di tengah areal persawahan berupa gundukan
tanah yang berbentuk oval setinggi 4 meter dari permukaan tanah. Bangunan yang
berukuran 19 x 19 meter dengan tinggi 4,7 meter ini tidak mempunyai tangga masuk
dan di bagian permukaan atas terdapat susunan bata yang melingkar dengan garis
tengah sekitar 6 meter yang diduga merupakan susunan dari bentuk stupa. Nama
Candi Jiwa diberikan penduduk karena setiap kali mereka menambatkan kambing
gembalaannya di atas reruntuhan candi tersebut, ternak tersebut mati. Candi
yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya
menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya
terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik
patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip
dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar
dan terapung di atas air. Bentuk
seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia. Ketika umat
Budha melakukan ritual ditempat ini mereka mengitari candi jiwa seturut dengan
perputaran arah jarum jam.
Bangunan candi Jiwa tidak
terbuat dari batu, namun dari lempengan-lempengan batu bata. Pada masa lampau,
masyarakat membuat batu bata dengan menggunakan kayu sebagai media bakarnya,
itulah yang membedakan batu bata pada masa lampau yang lebih terlihat gosong dibandingkan
dengan batu batu masa sekarang yang dibakar menggunakan oven, walaupun suhu
bakaran kedua-duanya berkisar 45 derajat celcius. Dan yang menjadi keunikan,
batu bata didaerah batujaya itu berukuran sangat besar dibandingkan dengan
ukuran batu bata di daerah Jakarta dan sekitarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar