Permusuhan panjang antara Israel dengan Suriah (Syria) sudah
berlangsung sejak Perang 1967, ketika Israel berhasil merebut Dataran Tinggi
Golan, kemudian berlanjut dengan keterlibatan kedua pihak dalam perang Lebanon
tahun 1982-1983. Permusuhan ini telah berjalan selama tiga dekade di akhir abad
ke-20 dan sampai kini masih berlanjut. Tetapi situasi agak berubah ketika
Israel mencapai kesepakatan damai dengan Palestina, yang ditandai dengan Perjanjian
Madrid, Oslo I dan II, serta berbagai kesepakatan yang terkait, dimana Israel
merasa sudah tiba saatnya untuk berunding, begitu juga Suriah
PENYANGGA
STRATEGIS
Perundingan-perundingan
yang terjadi kemudian ternyata alot dan rumit, karena perbedaan pandangan yang
selama ini menjadi inti konflik antara kedua negara tersebut, yang juga menjadi
konflik antara negara-negara Arab dengan Israel. Suriah di bawah kepemimpinan
Hafez al Assad (alm) menentang setiap upaya Israel untuk terus mengukuhkan
pendudukannya atas Dataran Tinggi Golan. Suatu dataran tinggi yang memanjang
disepanjang danau Galilea sampai ke utara Israel di ketinggian gunung Hermon
(2.814 meter) yang berpuncak salju setebal 11/2 meter, dimana Israel dengan
20.000 pasukannya dapat mudah memantau musuhnya serta bisa mengawasi sumber air
terbesar yang masuk ke danau Galilea. Bagi kepentingan Suriah, dataran tinggi
Golan adalah segala-galanya.
Dataran
tinggi ini adalah penyangga strategis dan dari sini Damaskus (Damsyik) dengan
mudah memukul mundur Israel atau bahkan menyiapkan sebuah serbuan besar-besaran
ke Israel. Dengan menguasai Golan yang sejuk, juga berarti menyediakan sumber
air bagi Lembah Bekaa. Lembah Bekaa dan Golan adalah garis sepadan, pusat
militer serta pusat pertanian dan kultural Suriah. Golan adalah sebuah prestise
yang harus tetap erat dipegang Damaskus. Dalam masa tiga dekade, kawasan
selebar 10 mil itu dikuasai Israel, bahkan telah dimasukkan dalam peta geografi
Israel Raya.
Saat
ini Suriah harus membiayai 30.000 pasukan yang dikonsentrasikan dekat Golan dan
Lebanon Selatan yang rawan karena Israel membangun zona demiliterisasi dan
sering bertempur dengan grilyawan Hizbullah. Suriah menuntut pengembalian Golan
tanpa syarat. Sebaliknya Israel menuntut agar Damaskus menghentikan dukungan
terhadap gerilyawan Hizbullah yang setiap saat menembakkan peluru meriam
Katyusha dari Lebanon Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar